Entah kenapa kali ini saya ingin menuliskan tentang jomblo. Apakah karena saya jomblo? Atau karena risih dengan updetan status galau para jomblo? Tiba-tiba saya ingin menulisnya, sekedar itu.
Jomblo, menurut buku “Gue Jomblo MasBULOH?” karya Mitha & Dije didefinisikan menjadi lima, namun saya akan menyebutkan tiga dari lima itu. Pertama Jomblo Bahagia, ini jomblo yang tidak punya pacar tapi happy karena bebas tidak terikat oleh hubungan.
Selanjutnya Jomblo Prinsipil, kalau yang ini belum mau pacaran atau memang tidak mau pacaran. Terakhir Jomblo Maksa, sesuai definisinya jomblo satu ini kalau tidak jadian sama si A (nama gebetan) tidak mau jadian sama yang lain.
Ngomongin masalah jomblo, tak jarang saya pernah mendengar langsung sebuah ungkapan “cariin gue pacar sihbiarnggak jomblo”. Saya juga pernah membaca komentar jomblo ketika melihat sebuah foto mesra pasangan yang berpacaran “ihh gue iri lihatnya”.
Seakan jomblo itu masalah banget. Apakah sekarang ini zamannya wajib pacaran? Tidak punya pacar rasanya malu ya? Tidak dianggap gaul? Tidak ada penyemangat hidup gitu? Takut nantinya tidak laku? Takut tidak ada yang perhatian? Dan pertanyaan apalagi deh pokoknya.
Istilah jomblo itu ada karena pacaran, kalau saja pacaran tidak ada jelas istilah jomblo juga tidak akan ada. Lantas dari dua itu, apakah kalau kita jomblo harus gelisah? Dan kalau sudah pacaran bahagia gitu?
Berstatus jomblo itu harusnya bahagia, sebab yang pacaran pun belum tentu bahagia. Selain itu pacaran menurut agama harus di jauhi, karena mendekati zina.
Dengan status jomblo kita mengurangi kemungkinan mendekati zina. Lihat saja mereka yang berpacaran, pegangan tangan yang jelas bukan muhrimnya, foto mesra pelukan padahal belum sah, bahkan ada yang lebih parah karena berpacaran yaitu hamil duluan. Belum lagi karena pacaran trus putus, nantinya bakal emosi dan musuhan, timbul deh baper, benci setengah mati.Padahal dulu baik-baik saja.
Ada juga yang sudah putus tapi tidak terima, masih status pacaran tapi diselingkuhi, sudah putus masih cinta (tidak rela mantan jadian sama orang lain). Kalau begini siapa coba yang gelisah? Yang pacaran atau jomblo?
Semua itu jelas fakta loh. Jadi, kalau ada orang yang mengatakan jomblo itu mengenaskan, tidak laku, apalagi tidak gaul, sudah abaikan saja.
Bahagialah menjadi jomblo, jadilah jomblo prinsipil dan jomblo bahagia seperti yang saya sebutkan diatas tadi. Prinsipnya tidak maupacaran, bahagianya bisa mengurangi kemungkinan mendekati zina.
Karena sejatinya, status jomblo ini akan berakhir disaat kita sudah siap melepasnya. Bukan melepas karena pacaran, tapi melepasnya karena niat yang baik yaitu “menghalalkan” atau menikah.
Kalau tidak pacaran nanti siapa jodohnya? Sudah tenang saja, Alquran menjelaskan “Maha Suci Allah yang telah menciptakan makhluk-makhluk semuanya berpasangan…” (QS. YASIN :36). Jodoh, rezeki, dan mati itu sudah diatur oleh Allah.
Dan akhirnya,untuk yang jomblo bahagialah dan terus perbaiki diri sebab jodoh itu cerminan diri sendiri. Untuk yang lagi berpacaran semoga cepat menikah deh. Aamiin....